PENDAHULUAN
Dalam
persaingan global, agar perusahaan atau organisasi dapat berkembang dan untuk
bertahan hidup, perusahaan harus mampu menghasilkan produk barang dan jasa
dengan mutu yang lebih baik, harga yang bersaing dan pelayanan yang lebih baik
pula dibanding dengan pesaing-pesaingnya. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diperlukan perbaikan mutu dalam semua aspek yang berkaitan dengan produk
tersebut, yaitu material, tenaga kerja, promosi yang efektif dan layanan yang
memuaskan pelanggan, sehingga mampu menarik konsumen yang pada akhirnya dapat
meningkatkan jumlah konsumen dan menjadi pelanggan yang setia. Oleh karena itu
diperlukan adanya pengendalian mutu secara menyeluruh (Total Quality
Manajement). Total Quality Manajement (TQM) adalah filosofi manajemen yang
menekankan kebutuhan untuk mengetahui kebutuhan konsumen, pentingnya melakukan
tindakan yang benar sejak awal, dan pentingnya untuk mengakui bahwa perbaikan
kualitas akan dapat sungguh-sungguh tercapai hanya jika merupakan tujuan dari
seluruh pekerja perusahaan dan menjadi bagian dari struktur dan budaya dari
keseluruhan organisasi.
Terdapat
hubungan yang erat antara kualitas produk (barang/jasa), kepuasan pelanggan dan
profit perusahaan, semakin tinggi kualitas suatu produk, makin tinggi pula
kepuasan pelanggan dan dengan waktu yang bersamaan akan mendukung harga yang
tinggi dengan biaya yang rendah. Oleh karena itu sistem perbaikan kualitas
bertujuan untuk menaikkan laba perusahaan.
PEMBAHASAN
Total
Quality Management (TQM), adalah suatu konsep manajemen yang telah dikembangkan
sejak lima puluh tahun lalu yang diambil dari berbagai praktek manajemen, usaha
peningkatan dan pengembangan produktivitas. Di masa lampau, literatur manajemen
berfokus pada fungsi-fungsi kontrol kelembagaan, termasuk perencanaan,
pengorganisasian, perekrutan staf, pemberian arahan, penugasan, strukturisasi
dan penyusunan anggaran. Faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya perubahan
paradigma adalah semakin meningkatnya persaingan, ketidakpuasan pelanggan
terhadap mutu pelayanan dan produk, pemotongan anggaran serta krisis ekonomi.
Konsep TQM berasal dari model perusahaan dan industry, sama seperi konsep
manajemen yang lahir sebelumnya.
Tabel Perubahan Paradigma Konsep
Manajemen
Dari
Jika tidak
rusak, jangan diperbaiki
Mutu tidak
penting
Pembangunan
Struktur
organisasi yang kaku
Birokrasi
organisasi berlapis-lapis
Persaingan
Kinerja
individu
Semua orang
terspesialisasi dan dikendalikan
Pendidikan
untuk manajemen
|
Menjadi
Pengembangan
berkesinambungan
Pengawasan
terhadap mutu
Inovasi
Struktur
organisasi fleksibel
Lapisan
organisasi hanya sedikit
Kerjasama
Kinerja tim
Semua orang
menambah nilai, fleksibel dan terberdayakan
Pendidikan dan
pelatihan untuk semua orang
|
Manfaat TQM
Salah
satu cara terbaik dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan suatu
produk barang atau jasa dengan kualitas terbaik. Kualitas terbaik akan
diperoleh dengan melakukan upaya perbaikan secara terus-menerus terhadap
kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Penerapan TQM adalah hal yang sangat
tepat agar dapat memperbaiki unsur-unsur tersebut secara berkesinambungan.
Penerapan TQM dapat memberikan beberapa manfaat utama, sebagai berikut.
Dengan
perbaikan kualitas berkesinambungan, perusahaan akan dapat memperbaiki posisi
persaingan. Dengan posisi yang lebih baik akan meningkatkan pangsa pasar dan
menjamin harga yang lebih tinggi. Hal ini akan memberikan penghasilan lebih
tinggi dan secara otomatis laba yang diperoleh akan lebih meningkat. Upaya
perbaikan kualitas akan menghasilkan peningkatan output yang bebas dari
kerusakan atau mengurangi produk yang cacat. Berkurangnya produk yang cacat
berarti berkurang pula biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan sehingga akan
diperoleh laba yang semakin besar.
Manfaat
TQM dalam jangka panjang, manfaat utama penerapan TQM pada sektor publik adalah
perbaikan pelayanan, pengurangan biaya dan kepuasan pelanggan. Perbaikan
progresif dalam sistem manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan
peningkatan kepuasan pelanggan.
Komponen TQM memiliki sepuluh unsur
utama :
1.
Fokus Pada
Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal merupakan driver.
Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan
kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan
kualitas manusia, proses, lingkungan, yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2.
Obsesi Terhadap
Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM,
penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang
ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi
apayang ditentukan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap
level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif “
Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik?” bila suatu organisasi
terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip ‘good enough is never good enough’
3.
Pendekatan
ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan
dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam
prosespengambilan keputusandan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan
dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark),memantau
prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4.
Komimen Jangka
Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru
dalam melaksanakan bisnis, untuk itudibutuhkan budaya perusahaahn yang baru
pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan
perubahan budaya agar TQM dapat berjalan dengan sukses.
5.
Kerjasama Tim ( Teamwork )
Dalam organisasi yang dikelola secara
tradisional, seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam
organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Akan tetapi persaingan
internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang
seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada gilirannya untuk
meningkatkan daya saing eksternal.
Sementara itu dalam organisasi yang
menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik
antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga- lembaga pemerintah,
dan masyarakat sekitarnya.
6.
Perbaikan Sistem
Secara Berkesinambungan
Setiap produk atau jasa dihasilkan
dengan memanfaatkan proses- proses tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan.
Oleh karena itu sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus- menerus agar
kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.
7.
Pendidikan dan
Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan
yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan. Mereka
beranggapan bahwa perusahaan bukanlah sekolah, yang diperlukan adalah tenaga
terampil siap pakai. Jadi, perusahaan- perusahaan seperti itu hanya akan
memberikan pelatihan sekedarnya kepada para karyawannya. Kondisi seperti itu
menyebabkan perusahaan yang bersangkutan
tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam
era persaingan global.
Sedangkan dalam organisasi yang
menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap
orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku
prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak
mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8.
Kebebasan yang
Terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusanyang
telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan
dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak
Meskipun demikian, kebebasan yang
timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari
pengenddalian yang terencana dan terlaksana dengan baik. Pengendalian itu
sendiri dilakukan terhadap metode- metode pelaksanaan setiap proses tertentu.
Dalam hal ini karyawan yang melakukan standardisasi proses dan mereka pula yang
berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti
prosedur standar tersebut.
9.
Kesatuan Tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan
baik maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap
usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini
tidak berarti harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak manajemen
dan karyawan mengenai upah dan kondisi
kerja.
10.
Adanya
Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan
membawa 2 manfaat utama. Pertama, hal
ini akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana
yang lebih baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga
mencakuppandangan dan pemikiran dari pihak- pihak yang langsung berhubungan
dengan situasi kerja. Kedua,
keterlibatan karyawan juga meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab atas
keputusan dengan melibatkan orang- orang
yang harus melaksanakannya.
Pemberdayaan
bukan sekadar berarti melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh-
sungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah denganmenyusun
pekerjaan yang memungkinkan para karyawan untuk mengambil keputusan
mengenai perbaikan proses pekerjaannya
dalam parameter yang ditetapkan dengan jelas.
Dalam TQM dikenal juga istilah 8
langkah perbaikan dan 7 alat bantu yang digunakan dalam melaksanakan sebuah
improvment (QCC)
Secara
umum 8 langkah yang dilakukan dalam melaksanakan QCC adalah :
ü Menemukan
Persoalan / Tema
ü Menetapkan Target
ü Melakukan Analisa
Kondisi yang Ada
ü Melakukan Analisa
Sebab Akibat
ü Merencanakan
Penanggulangan
ü Melaksanakan Penanggulangan
ü Memeriksa
(Evaluasi) Hasil Penanggulangan
ü Standarisasi dan
Rencana Berikut
Sedangkan 7 alat
Bantu dalam QCC adalah :
ü Check sheet
ü Stratifikasi
ü Diagram Pareto
ü Diagram Sebab
Akibat (FISH BONE)
ü Grafik dan Bagan
Pengendalian
ü Digram Pencar (
Scatter Diagram )
ü Histogram
Lebih jauh
tentang 7 alat Bantu QCC.
1.
Check Sheet
Check Sheet biasanya berbentuk
formulir kertas dengan item-item yang diperlukan sudah dicantumkan dan disusun
sedemikian rupa. Digunakan untuk mengumpulkan data hasil pemeriksaan (pengecekan),
karena itu ada pula yang menyebutnya dengan Lembar Pengumpul Data.
Tujuan
Penggunaan Check Sheet
ü Check Sheet
digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai aspek dan
kondisi tertentu yang diperlukan
ü Check Sheet
biasanya dipakai untuk memudahkan proses pengumpulan data, dan memudahkan untuk
menganalisa data
2.
Stratifikasi
Yaitu menguraikan dan mengelompokkan
data menjadi ke kelompok yang lebih homogen (tunggal). Tujuannya adalah untuk
menhindari salah interpretasi dalam membaca suatu data.
3.
Diagram Pareto
Yaitu suatu alat
untuk melihat permasalahan yang paling tinggi prioritasnya. Divisualisasikan
dalam sebuah diagram yang disusun mulai dari data terbesar/terbanyak.
Kegunaan
dari Diagram Pareto :
ü Menunjukkan
dengan jelas dan mudah jenis data yang terbesar
ü Menunjukkan
perbandingan masing-masing jenis terhadap keseluruhan
4. Diagram Sebab Akibat
Merupakan diagram yang menggambarkan
hubungan antara karakteristik mutu dengan faktor penyebabnya.
ü Dapat disebut
juga Fishbone karena strukturnya yang mirip struktur tulang ikan.
ü Dikembangkan
pertama kali oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1950.
5.
Histogram
Histogram adalah satu jenis grafik
balok khusus yang menggambarkan penyebaran data sebagai hasil satu macam
pengukuran dari suatu kejadian atau proses, apakah data tersebut keluar dari
batas pengendalian atau tidak. Dalam keadaan normal, tinggi balok-balok
tersebut menampilkan bentuk lonceng.
Histogram sangat membantu sebagai tindakan
preventif terhadap masalah yang ada dengan melakukan pencatatan data secara
kontinyu, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat langsung diidentifikasi
secara dini sebelum masalah menjadi berlarut-larut.
6.
Control Chart
Bagan pengendalian bentuk ini
merupakan bagan yang paling umum untuk data yang diukur.
Bagan
pengendalian x – R merupakan bagan pengendalian yang sekaligus menyatakan harga
rata-rata (x) dan range ( R ).
Bagan
x menunjukkan adanya perubahan pada harga rata-rata, sedang R menunjukkan
adanya perubahan pada dispersi.
7.
Scatter Diagram
Scatter Diagram atau Diagram Pencar
dipakai untuk melihat hubungan / korelasi dua variabel yang berkaitan. Diagram
ini dugunakan untuk melihat seberapa besar hubungan antara dua variable yang
ditunjukkan pada Sumbu X dan Y.
Hambatan Penerapan TQM di Indonesia
1.
Kurangnya
komitmen dari manajemen puncak. Hal ini ditunjukan dengan dukungan manajemen
puncak hanya berpengaruh signifikan terhadap manajemen Arus Proses. Hal ini
menunjukan manajemen belum menganggap proses produksi merupakan proses yang
berhubungan dengan proses-proses yang lain, sehingga hanya memusatkan dukungan
ke manajemen proses produksi saja
2.
Kurangnya
pengetahuan tentang konsep TQM. Hal ini ditunjukkan dengan sikap kerja yang
hanya berpengaruh terhadap proses desain produk. Kurangnya pengetahuan tentang
konsep TQM akan mempersulit pekerja untuk menerima dan menerapkan konsep
tersebut (Santosa, 1988)
3.
Budaya organisasi
kurang mendukung penerapan TQM. Hal ini ditunjukkan oleh organisasi belum.
memandang perlunya untuk menjalin hubungan jangka panjang baik dengan pelanggan
maupun dengan
4.
pemasok (Bounds
et al, 1994). Ini menunjukkan organisasi di Indonesia belum sepenuhnya berfokus
pada pelanggan dan menjalin hubungan dengan pemasok
5.
Ketidaksempurnaan
penerapan praktik TQM. Ini bisa disebabkan oleh adanya kekhawatiran pekerja
mengenai adanya kemungkinan down-sizing. Jika penerapan praktik TQM ini dapat
meningkatkan efisiensi maka akan banyak tenaga kerja, terutama yang tidak
memiliki kompetensi yang tinggi mungkin tidak diperlukan lagi oleh organisasi
(Kolesar, 1995)
6.
Pekerja takut
menunjukkan kesalahan/menyebunyikan kesalahan yang terjadi. Ini ditunjukkan
oleh sikap kerja dari karyawan yang tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Statistical Control/feedback (Kolesar, 1995)
7.
Peran pemerintah
yang kurang mendukung penerapan manajemen kualitas total. Hal ini terbukti dari
adanya begitu banyak politik KKN di Indonesia. Selain itu, Herudi
Kartowisastro, Kepala Badan Standarisasi Nasional dalam wawancara dengan kompas
tanggai 14 Januari 2000 berpendapat bahwa pemerintah Indonesia belum menetapkan
standar mutu yang wajib bagi barang-barang yang beredar di pasaran (lokal
maupun impor). Hal ini mengakibatkan banyak barang industri yang tidak sesuai
dengan standar nasional
PENUTUP
Dari pembahasan diatas
mengenai TQM maka penulis dapat menarik kesimpulan dengan menerapkan prinsip
mutu dari TQM yaitu fokus pada pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan
total dari seluruh karyawan maka akan dapat meningkatkan kualitas dari output yaitu
produk atau jasa yang dihasilkan yang dapat memberikan kepuasan pada
pelanggan/konsumen sehingga dengan sendirinya konsumen akan mau untuk kembali
membeli produk yang ditawarkan dan akan membentuk loyalitas pelanggan.
Terdapat
hubungan yang erat antara kualitas produk (barang/jasa), kepuasan pelanggan dan
profit perusahaan, semakin tinggi kualitas suatu produk, makin tinggi pula
kepuasan pelanggan dan dengan waktu yang bersamaan akan mendukung harga yang
tinggi dengan biaya yang rendah. Oleh karena itu sistem perbaikan kualitas
bertujuan untuk menaikkan laba perusahaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar